Sesi Pagi, dimoderatori oleh Munazyi, S.Si dengan kalimat
pengantar yang menyatakan bahwa pada Desember 2010, Indonesia memiliki kurang
lebih 40% geothermal dunia.
Pembicara pertama pada sesi pagi ini adalah Pak Yunus
Daud, yang menyampaikan presentasi berjudul “Geothermal dan Peran Geofisikawan
dalam Eksplorasi Geothermal dan Monitoring”.
Geothermal systems dibagi menjadi tiga, yakni
Hydrothermal System (dimana air hujan lebih banyak dari air magma), Volcanic
System (dimana air hujan lebih sedikit dari air magma), dan campuran keduanya
yakni Volcanic-hydrothermal system.
Adanya geothermal terdapat tanda-tanda di permukaan.
Tanda-tanda permukaan itu antara lain kolam panas, kolam air panas, silica
sinter, geyser, fumarol, mata air panas asam berasosiasi dengan mud pools dan
ground collapse, erupsi hidrothermal, dan juga alterasi geothermal.
Klasifikasi geothermal menurut fase terbagi menjadi dua,
yakni single phase, dan two phase. Berdasarkan suhunya geothermal
diklasifisikasikan menjadi low temperature
(<100oC), moderate
temperature (100-200)oC dan juga high temperature (200oC). Rata-rata tekanan hot
water/steam ini adalah kurang lebih 20 bar.
Adapun manfaat dari energi Geothermal ini antara lain
energi yang aman dan bersih, renewable & sustainable, dapat dimanfaatkan
sebagai pembangkit listrik dan digunakan secara langsung (Direct uses), dapat membangkitkan listrik yang kontinyu (dengan
catatan penggunaan harus tepat) dan dapat menjadi “base load”, dapat menggantikan bahan bakar fosil, mengurangi impor
& manfaat ekonomi lokal, dapat dibangun secara “modular” bertahap & dapat mendukung program kelistrikan di
daerah terpencil (remote sites).
Karakteristik Geothermal di Indonesia yakni adalah
graben, dome, caldera dan dieng mixing model. Potensi panas bumi di Indonesia
sangat besar, yakni 1.403,5 MW, dimana paling banyak di Sumatera.
Lalu, bagaimana peran geophysicist dalam Geothermal
exploration? Dalam Eksplorasi Geothermal dibutuhkan yang namanya survey
Geoscience, bisa disebut dengan 3G Technology, yakni Geologi, Geokimia dan
Geofisika. Kegunaan dari masing-masing survey sebagai berikut:
- Survey Geologi: untuk memperkirakan kondisi geologi dan struktur.
- Survey Geokimia: untuk memperkirakan kondisi geokimia (fluida)
- Survey Geofisika: untuk memperkirakan kondisi geofisika (interprestasi bawah permukaan)
Ketiga survey diatas saling terintegrasi, artinya ketiganya saling
membutuhkan informasi satu-sama lain agar diperoleh kesimpulan.
Metode-metode yang dipakai
Geophysicist dalam eksplorasi Geothermal adalah MT/CSAMT/TDEM, Survey Gravity,
Micro Earth Quake (MEQ) dan Temperature. MT (Magnetotellurik) Technology
bertujuan untuk mengetahui resistivity. Harus memperhatikan data akuisisi,
processing, modelling dan interpretation agar hasil yang diperoleh akurat dan
bisa dipertanggungjawabkan.
Pembicara kedua dalam
Seminar Nasional ini adalah Bapak Ir. Abadi Poernomo, M.Sc. Beliau menyampaikan
presentasi dengan judul “Prospek Pengembangan Panas Bumi di Indonesia”.
Asosiasi Panas Bumi Indonesia terdiri dari 600 orang lebih. Beliau
pertama-pertama menjelaskan tentang energi dan kehidupan dan juga sumber daya
energi. Masalah saat ini adalah masalah pengelolaan energi, antara lain
ketergantungan pada energi fosil, harga atau tarif energi, sosial masyarakat,
tata kelola pemerintah, local content, dan juga dukungan pendanaan.
Penilaian dunia Internasional
terhadap ketahanan energi Indonesia, Kanada berada pada posisi pertama
sedangkan Indonesia berada pada posisi ke-60, sungguh ironis. Sasaran kebijakan
energi nasional antara lain perubahan paradigma, elastisitas energi, intensitas
energi, rasio elektrifikasi, rasio penggunaan gas rumah tangga, dan bauran
energi. Di bidang Geothermal sendiri masih membutuhkan banyak orang ahli untuk
mengembangkannya.
Pembicara ketiga yakni
Bapak Ir. Doddy Astra, M.Sc menyampaikan presentasi yang berjudul “Geophysics
Application in Chevron GPO”. Beliau lebih banyak menjelaskan tentang bagaimana
keadaan sumur Geothermal yang dikelola Chevron dan tentang perekrutan kerja
dari Chevron. Chevron pernah mengeksplor hampir 20% geothermal dunia. Saat ini
ada 4 sumur yang dikelola Chevron, dua di Indonesia dan dua di Filipina. Di
Indonesia terdapat di Darajat (271 MW) dan Salak (377 MW). Di Filipina terdapat
di Tiwi (93 MW) dan MakBan (177 MW). Total yang dikelola Chevron GPO sebanyak
918 MW.
Aktifitas di Geothermal adalah
eksplorasi dan teknik penilaian (Appraisal
Technique). Produksi energi Geothermal terbagi menjadi tiga yaitu manajemen
reservoir, Production Facilities, dan
Geothermal wells. Adapun perekrutan
kerjanya pada bagian Exploration
Activities dibutuhkan 3-5 orang Geophysicist dan pada Base Business Activities dibutuhkan 1 orang Geophysicist. Chevron
merekrut para ahli tidak terkecuali Fresh
Graduate. Namun biasanya para lulusan baru ini akan disuruh mengikuti
pelatihan “Horizon training program”
selama kurang lebih 5 tahun.
Pembicara keempat yakni
Bapak Julfi Hadi, M.Sc menyampaikan presentasi yang berjudul “Exploration
Postmortem in GSF; MT case study”. Beliau menjelaskan tentang Geothermal Development Cost Risk. Kita
harus memperkirakan biaya pembangunan dan selanjutnya akan diperoleh tarif yang
bisa diterima. Adapun tahap-tahapnya antara lain pre-feasibility, exploration,
feasibility, design, construction, and commissioning production. Upstream Risks
(Uncertainties). Lalu selanjutnya beliau memberikan workshop singkat mengenai
MT for Geothermal Exploration, yakni MT Inversion 1D, 2D, dan 3D.